Bugs Apa Saja Yang Sering Ditemui Pada Proses Pengujian? Ini Yang Harus Kamu Ketahui Sebagai QA

Muhamad Suryana
4 min readJan 21, 2023

--

Kamu salah satu orang yang ada pada proses pengujian? Sering nemu bugs pada proses pengujian tersebut? Tapi masih bingung untuk mengklasifikasikannya? Yuk baca ini agar kamu tau jenis dan penjelasan dari bugs yang sering ditemui itu.

Apa itu Bugs?

Pertama kamu harus tau, Bugs itu apa sih..
Bugs
sering disebut juga Defect merupakan cacat, kegagalan, atau kesalahan dalam program yang menyebabkannya hasil yang tidak benar atau tidak diharapkan, atau perilaku software dengan cara yang tidak diinginkan. Bug terjadi saat hasil akhir yang ada pada software tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Sampai sini udah bisa mendefinisikan apa itu bugs ya.. oke lanjut..
Selanjutnya kita akan masuk pada jenis-jenis bugs yang ada pada software

Jenis Bugs dalam software

Ada banyak jenis bugs yang ada pada software, dan penting bagi kamu sebagai QA nih untuk mengetahui jenis-jenisnya, ada beberapa bugs yang paling umum diketahui agar kamu bisa melakukan testing secara efektif.

Bugs sendiri diklasifikasikan menjadi tiga jenis:

  1. Bugs Berdasarkan Sifatnya (Trait Bugs)
  2. Bugs berdasarkan Prioritasnya (Priority bugs)
  3. Bugs berdasarkan Tingkat Keparahannya (Severity Bugs)

Biasanya kita dapat melihat prioritas dan tingkat keparahan pengklasifikasi di sebagian besar alat pelacakan bug. QA dapat mengklasifikasikan bugs yang ditemui pada saat pengujian dengan tingkat priority dan juga tingkat severity agar membantu developer mengatahui dengan mudah mana bugs yang harus di perbaiki lebih dahulu. Okee selanjutnya kita masuk ke penjabaran dari masing-masing bugsnya..

  1. Bugs Berdasarkan Sifatnya (Trait Bugs)

Bug pada software memiliki berbagai sifat, masing-masing dengan serangkaian gejalanya sendiri. Terlepas dari kenyataan bahwa ada banyak bug seperti itu, tester mungkin tidak sering menemukannya. Berikut adalah bug pada software paling umum yang diklasifikasikan menurut sifatnya, yang paling mungkin kamu temui dalam pengujian.

  • Functional Bugs
    Seperti namanya, fungsional bug ini merupakan dapat menyebabkan perangkat lunak tidak berfungsi. Contoh yang sering ditemui seperti button yang pada saat dikil seharusnya user diarahkan pada page tertentu tetapi aktual tidak ada repon apapun. Bugs ini dapat diantisipasi dengan melakukan Functional Test
  • Usability Bugs
    Jenis bugs yang memengaruhi pengalaman user saat menggunakan software yang membuatnya sulit digunakan. Bugs ini dapat diasumsikan seperti kita mengakses situs web, yang kita harapkan sebagai user mudah untuk digunakan. Bugs ini dapat diantisipasi dengan melakukan Usability Test.
  • Compatibility Bugs
    Bug yang terjadi saat aplikasi tidak kompatibel dengan hardware yang digunakannya, atau dengan software lain yang diperlukan untuk berinteraksi. Ketidakcocokan antara perangkat dapat menyebabkan crash. Software yang memiliki masalah compatibility tidak berjalan secara konsisten pada berbagai jenis hardware, operating systems, browser web, dan device. Bugs ini dapat diantisipasi dengan melakukan Compatibility Test.

2. Severity Bugs

Severity bugs ditetapkan untuk cacat berdasarkan dampaknya. Akibatnya, tingkat keparahan suatu masalah mencerminkan seberapa besar dampaknya terhadap fungsionalitas atau pengoperasian produk software. Severity Bugs diklasifikasikan sebagai critical, major, medium, minor.

  • Critical Defects
    Critical defects adalah bug yang memiliki konsekuensi parah. Critical defects dapat menyebabkan aplikasi crash, freeze, atau tidak berjalan sebagai mestinya. Critical defects sering diberi prioritas tertinggi oleh developer dan QA karena perlu diperbaiki sesegera mungkin. Contohnya seperti user tidak dapat mengakses menu Home karena terjadi force close pada saat pertama akses.
  • Major Defects
    Major defects adalah bug prioritas ke 2 dari critical bugs. Major defects dapat menyebabkan aplikasi berjalan lambat atau menunjukkan perilaku tak terduga lainnya. Major defects sering diberi prioritas tinggi ke-2 oleh pengembang dan penguji karena perlu diperbaiki sesegera mungkin.
  • Low Defects
    Low defects adalah bug yang memiliki konsekuensi kecil atau tidak signifikan. Low Defects dapat menyebabkan software bekerja sedikit lambat atau menunjukkan perilaku tak terduga lainnya. Low Defects ini dapat diperbaiki di lain waktu atau pada next update karena memiliki prioritas rendah yang tidak memiliki dampak sigrifikan.

3. Priority Bugs

  • High Priority Disability
    Jenis bugs ini yang memiliki dampak pada function, yang harus sesegera mungkin untuk dilakukan perbaikan karena menyebabkan gangguan pada work flow pada software. Contoh dari bugs ini seperti aplikasi crash atau force close pada saat user akses.
  • Moderate Priority Disability
    Bugs yang masuk kategori menengah, dapat diperhitungkan apakah akan dilakukan perbaikan saat itu juga atau masuk pada next release, sebagai contoh dari bugs ini adalah hasil pada proses yang didapat tidak sesuai keinginan atau dari format yang salah.
  • Low Priority Disability
    Bugs ini umumnya adalah bugs yang tidak berdampak serius pada function, dan sama seperti low defect pada severity bugs, bugs ini dapat dilakukan perbaikannya pada update selanjutnya/next release.

Terima kasih sudah membaca hingga akhir! Semoga bermanfaat
Jika ada saran dan kritik atau kekeliruan dalam artikel ini, silakan tinggalkan pada kolom komentar ya..

Terakhir Anda dapat berkunjung ke Linkedin saya untuk terhubung

--

--

Muhamad Suryana
Muhamad Suryana

Written by Muhamad Suryana

Started QA journey in 2018, ensuring software quality for user satisfaction—a challenging but rewarding role. About Me : https://linktr.ee/msuryana

No responses yet